Senin, 15 Februari 2016

Makalah diskusi Tawuran Pelajar

                               (Logo)                               

Tugas Bahasa Indonesia pembuatan makalah
Judul: Tawuran Pelajar


Disusun oleh:

1.     Elsa Octafiyana Putri

2.    Mawar Nadia Fabiola

  
SMP NEGERI 178 JAKARTA
Jln. Mawar 64 Bintaro, Pesanggrahan
Jakarta Selatan
No Telp./fax 021-73883370/021-73756

Kata Pengantar

Bismillahirrahmanirrahim
            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya. Berkat limpahan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tetap tercurahkan pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Di antara tujuan tim penyusun adalah sebagai pembuka cakrawala bagi semua kalangan baik pemerintah, masyarakat maupun keluarga untuk dapat bekerja sama dalam menyiapkan kader-kader dan generasi bangsa, untuk mengurangi tingginya tingkat agresivitas maupun kenakalan remaja khususnya pada perkelahian massal yang kerap kali dilakukan oleh para remaja kota dan agar pembaca dapat memperluas pengetahuan tentang Tawuran Pelajar sebagai Pelanggaran Etika, yang kami sajikan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita.
Akhirnya, penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. 
BAB I
PENDAHULUAN



A.   Latar Belakang

Maraknya tingkah laku agresif akhir-akhir ini yang dilakukan kelompok remaja kota merupakan sebuah kajian yang menarik untuk dibahas. Perkelahian antar pelajar yang pada umumnya masih remaja sangat merugikan dan perlu upaya untuk mencari jalan keluar dari masalah ini atau setidaknya mengurangi.


B.   Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan tawuran?

2.      Apa saja faktor-faktor penyebab tawuran?

3.      Apa saja dampak dari tawuran?

4.      Apa saja hal-hal untuk mengatasi tawuran?


BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian Tawuran Pelajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), “Tawuran adalah perkelahian massal atau perkelahian yang dilakukan beramai-ramai”. Berdasarkan definisi tersebut, maka tawuran pelajar dapat diartikan sebagai perkelahian yang dilakukan secara massal atau beramai-ramai antara sekelompok pelajar dengan sekelompok pelajar lainnya. Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2  jenis delikuensi yaitu situasional dan sistematik.
1. Delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang “mengharuskan” mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat.
2. Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan apabila dapat melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya. Seperti yang kita ketahui bahwa pada masa remaja seorang remaja akan cenderung membuat sebuah genk yang mana dari pembentukan genk inilah para  remaja bebas melakukan apa saja tanpa adanya peraturan-peraturan yang harus dipatuhi karena ia berada dilingkup kelompok teman sebayanya.

B.   Faktor Penyebab Terjadinya Tawuran Pelajar
·         Faktor Internal
     Faktor internal ini terjadi didalam diri individu itu sendiri yang berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru dalam menyelesaikan permasalahan disekitarnya dan semua pengaruh yang datang dari luar. Remaja yang melakukan perkelahian biasanya tidak mampu melakukan adaptasi dengan lingkungan yang kompleks. Maksudnya, ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan keanekaragaman pandangan, ekonomi, budaya dan berbagai keberagaman lainnya yang semakin lama semakin bermacam-macam.
     Para remaja yang mengalami hal ini akan lebih tergesa-gesa dalam memecahkan segala masalahnya tanpa berpikir terlebih dahulu apakah akibat yang akan ditimbulkan. Selain itu, ketidakstabilan emosi para remaja juga memiliki andil dalam terjadinya perkelahian.
Mereka biasanya mudah frustasi, tidak mudah mengendalikan diri, tidak peka terhadap orang-orang disekitarnya. Seorang remaja biasanya membutuhkan pengakuan kehadiran dirinya ditengah-tengah orang-orang sekelilingnya.
·         Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar individu, yaitu :
1)      Faktor Keluarga
Keluarga adalah tempat dimana pendidikan pertama dari orang tua diterapkan. Jika seorang anak terbiasa melihat kekerasan yang dilakukan didalam keluarganya maka setelah ia tumbuh menjadi remaja maka ia akan terbiasa melakukan kekerasan karena inilah kebiasaan yang datang dari keluarganya. Selain itu ketidak harmonisan keluarga juga bisa menjadi penyebab kekerasan yang dilakukan oleh pelajar.
Suasana keluarga yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap usia terutama pada masa remaja.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu penyebab kenakalan remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure teladan yang baik bagi anak (hawari, 1997). Jadi disinilah peran orang tua sebagai penunjuk jalan anaknya untuk selalu berprilaku baik.
2)       Faktor Sekolah
Sekolah tidak hanya untuk menjadikan para siswa pandai secara akademik namun juga pandai secara akhlaknya . Sekolah merupakan wadah untuk para siswa mengembangkan diri menjadi lebih baik. Namun sekolah juga bisa menjadi wadah untuk siswa menjadi tidak baik, hal ini dikarenakan hilangnya kualitas pengajaran yang bermutu. Contohnya disekolah tidak jarang ditemukan ada seorang guru yang tidak memiliki cukup kesabaran dalam mendidik anak muruidnya akhirnya guru tersebut menunjukkan kemarahannya melalui kekerasan. Hal ini bisa saja ditiru oleh para siswanya. Lalu disinilah peran guru dituntut untuk menjadi seorang pendidik yang memiliki kepribadian yang baik.
3)      Faktor Lingkungan
Lingkungan rumah dan lingkungan sekolah dapat mempengaruhi perilaku remaja. Seorang remaja yang tinggal dilingkungan rumah yang tidak baik akan menjadikan remaja tersebut ikut menjadi tidak baik. Kekerasan yang sering remaja lihat akan membentuk pola kekerasan dipikiran para remaja. Hal ini membuat remaja bereaksi anarkis. Tidak adanya kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu senggang oleh para pelajar disekitar rumahnya juga bisa mengakibatkan tawuran.
                                     
4)        Faktor Pacar
Masalah pacar seperti berebut pacar, saing-saingan pacar, ada yang menggoda pacar satu sekolah, menimbulkan tawuran yang kemudian bereskalasi menjadi tawuran antar sekolah yang melibatkan massa yang besar karena solidaritas atas sesama.
5)         Faktor Geng
Hampir setiap sekolah terutama sekolah negeri memiliki geng yang didirikan oleh kakak-kakak kelas, yang kemudian diwariskan kepada adik-adiknya di sekolah. Proses pewarisan geng ini kepada adik kelas sekaligus menanamkan budaya geng yang harus ditaati dan dilaksanakan telah menjadikan sekolah sebagai pusat tawuran dan bullying. Mereka yang sudah telanjur menjadi anggota geng, tidak berani mengundurkan diri, karena takut mendapat perlakukan kasar dan membahayakan jiwa mereka. Pengaruh alumni dari geng suatu sekolah sangat kuat, sehingga kekerasan seolah menjadi budaya yang sulit dihapus.
6)       Faktor Ekonomi
Masalah ekonomi juga acapkali menjadi faktor yang menyebabkan terjadinya tawuran. Kesenjangan ekonomi antar pelajar, dan persaingan antar sesama, menyebabkan sering terjadi tawuran di kalangan pelajar dan masyarakat
.
C.   Dampak Tawuran Pelajar
a.       Kerugian fisik, pelajar yang ikut tawuran kemungkinan akan menjadi korban. Baik itu cedera ringan, cedera berat, bahkan sampai kematian
b.      Masyarakat sekitar juga dirugikan. Contohnya : rusaknya rumah warga apabila pelajar yang tawuran itu melempari batu.
c.       Terganggunya proses belajar mengajar
d.      Menurunnya moralitas para pelajar
e.       Hilangnya perasaan peka, toleransi, tenggang rasa, dan saling menghargai
f.       Rusaknya citra baik sekolah.

D.    Cara Mengatasi Tawuran Pelajar
1.      Mendalami ajaran agama.
Kurangnya pendidikan agama yang diberikan kepada anak-anak saat sekarang menjadikan mereka kering spiritual, akibatnya mereka kurang memiliki keimanan yang kuat sehingga mudah terjerumus dalam perbuatan yang dilarang agama salah satunya adalah perkelahian. Oleh sebab itulah cara pertama yang harus dilakukan untuk mencegah dan mengatasi tawuran adalah dengan kembali mendalami ajaran agama masing-masing.
2.      Memaksimalkan pendidikan dalam keluarga.
Keluarga harus menjadikan tempat yang nyaman bagi remaja untuk mencurahkan berbagai permasalahannya peran orang tua dalam membimbing dan mengarahkan putra-putrinya agar memiliki karakter, akhlak serta moral yang baik sangatlah penting. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka diperlukan komunikasi yang baik antara orang tua dan remaja tersebut.
3.      Memberikan sanksi yang mendidik bagi pelaku tawuran.
Seringkali bagi para pelaku tawuran yang melibatkan pelajar sering mendapatkan sanksi berupa pemecatan dari sekolah. Hal tersebut terkadang bukanlah solusi tepat.
Alangkah baiknya jika pelaku tawuran dibina dan diberi bimbingan supaya tidak mengulangi perbuatannya.
4.      Kolaborasi Belajar Bersama Antar Sekolah
Selama ini belajar di sekolah hanya di situ-situ saja sehingga tidak saling kenal mengenal antar pelajar sekolah yang satu dengan yang lainnya. Seharusnya ada kegiatan belajar gabungan antar sekolah yang berdekatan secara lokasi dan memiliki kecenderungan untuk terjadi tawuran pelajar. Dengan saling kenal mengenal karena sering bertemu dan berinteraksi maka jika terjadi masalah tidak akan lari ke tawuran pelajar, namun diselesaikan dengan cara baik-baik.
5.      Memberikan Pendidikan Anti Tawuran
Pelajar diberikan pemahaman tentang tata cara menghancurkan akar akan penyebab tawuran dengan melakukan tindakan-tindakan tanpa kekerasan jika terjadi suatu hal, selalu berperilaku sopan dan melaporkan rencana pelajar-pelajar badung yang merencanakan penyerangan terhadap pelajar sekolah lain. Jika diserang diajarkan untuk mengalah dan tidak melakukan serangan balasan, kecuali terpaksa.
6.      Menghadirkan seorang figur yang baik untuk dicontoh oleh para pelajar. Seperti hadirnya seorang guru, orangtua, dan teman sebaya yang dapat mengarahkan para pelajar untuk selalu bersikap baik.

7.      Memfasilitasi para pelajar untuk baik dilingkungan rumah atau dilingkungan sekolah untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat diwaktu luangnya. Contohnya: membentuk ikatan remaja masjid atau karangtaruna dan membuat acara-acara yang bermanfaat, mewajibkan setiap siswa mengikuti organisasi atau ekstrakulikuler disekolahnya
BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Faktor yang menyebabkan tawuran remaja tidaklah hanya datang dari individu siswa itu sendiri. Melainkan juga terjadi karena faktor-faktor lain yang datang dari luar individu, diantaranya faktor keluarga, faktor sekolah, faktor lingkungan, faktor pacar, faktor geng,  dan faktor ekonomi. Para pelajar yang umumnya masih berusia remaja memiliki kencenderungan untuk melakukan hal-hal diluar dugaan yang mana kemungkinan dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain, maka inilah peran orangtua dituntut untuk dapat mengarahkan dan mengingatkan anaknya jika sang anak tiba-tiba melakukan kesalahan. Keteladanan seorang guru juga tidak dapat dilepaskan. Guru sebagai pendidik bisa dijadikan instruktur dalam pendidikan kepribadian para siswa agar menjadi insan yang  lebih baik.
Begitupun dalam mencari teman sepermainan. Sang anak haruslah diberikan pengarahan dari orang dewasa agar mampu memilih teman yang baik. Masyarakat sekitar pun harus bisa membantu para remaja dalam mengembangkan potensinya dengan cara mengakui keberadaanya.
B.   Saran
a)      Keluarga sebagai elemen dasar sebuah bangunan pendidikan agar lebih aktif dalam memperhatikan anak-anaknya, pentingnya menciptakan demokratisasi dalam keluarga.
b)      Masyarakat mesti menyadari akan perannya dalam menciptakan situasi yang kondusif
c)      Lembaga pendidikan formal sudah semestinya memberikan pelayanan yang baik untuk membantu para pelajar mengasah kemampuan dan mengembangkan segala potensi yang ada didalam dirinya
d)     Sekolah sebagai suatu lembaga pendidik seharusnya memperhatikan potensi-potensi dasar peserta didik untuk lebih meningkatkan daya kreativitas mereka.
e)      Adanya system penanganan yang lebih tepat apabila diketemukan tawuran pelajar.

Daftar Pustaka:
*      Kamus Besar Bahasa Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar