(Logo)
Tugas Bahasa Indonesia pembuatan makalah
Judul: Tawuran Pelajar
Disusun oleh:
1. Elsa Octafiyana Putri
2. Mawar Nadia Fabiola
SMP NEGERI 178 JAKARTA
Jln. Mawar 64 Bintaro, Pesanggrahan
Jakarta Selatan
No Telp./fax 021-73883370/021-73756
Kata
Pengantar
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya.
Berkat limpahan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tetap
tercurahkan pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Di antara tujuan tim penyusun adalah sebagai pembuka cakrawala bagi semua kalangan baik
pemerintah, masyarakat maupun keluarga untuk dapat bekerja sama dalam
menyiapkan kader-kader dan generasi bangsa, untuk mengurangi tingginya tingkat
agresivitas maupun kenakalan remaja khususnya pada perkelahian massal yang
kerap kali dilakukan oleh para remaja kota dan agar pembaca dapat memperluas pengetahuan tentang Tawuran Pelajar sebagai
Pelanggaran Etika, yang kami sajikan dari berbagai sumber
informasi, referensi, dan berita.
Akhirnya, penyusun menyadari bahwa makalah ini
jauh dari kesempurnaan, untuk itu penyusun mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Maraknya tingkah laku
agresif akhir-akhir ini yang dilakukan kelompok remaja kota merupakan sebuah
kajian yang menarik untuk dibahas. Perkelahian antar pelajar yang pada umumnya
masih remaja sangat merugikan dan perlu upaya untuk mencari jalan keluar dari
masalah ini atau setidaknya mengurangi.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan tawuran?
2.
Apa saja faktor-faktor penyebab tawuran?
3.
Apa saja dampak dari tawuran?
4.
Apa saja hal-hal untuk mengatasi tawuran?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tawuran Pelajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2008), “Tawuran adalah perkelahian massal atau perkelahian yang dilakukan
beramai-ramai”. Berdasarkan definisi tersebut, maka tawuran pelajar dapat
diartikan sebagai perkelahian yang dilakukan secara massal atau beramai-ramai
antara sekelompok pelajar dengan sekelompok pelajar lainnya. Secara psikologis,
perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai salah satu
bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja dalam hal
perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu situasional dan
sistematik.
1. Delikuensi situasional, perkelahian
terjadi karena adanya situasi yang “mengharuskan” mereka untuk berkelahi.
Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah
secara cepat.
2. Delikuensi sistematik, para remaja
yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu organisasi tertentu atau
geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti
angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan apabila dapat
melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya. Seperti yang kita ketahui bahwa
pada masa remaja seorang remaja akan cenderung membuat sebuah genk yang mana
dari pembentukan genk inilah para remaja bebas melakukan apa saja tanpa
adanya peraturan-peraturan yang harus dipatuhi karena ia berada dilingkup
kelompok teman sebayanya.
B. Faktor Penyebab Terjadinya Tawuran Pelajar
·
Faktor Internal
Faktor
internal ini terjadi didalam diri individu itu sendiri yang berlangsung melalui
proses internalisasi diri yang keliru dalam menyelesaikan permasalahan
disekitarnya dan semua pengaruh yang datang dari luar. Remaja yang melakukan
perkelahian biasanya tidak mampu melakukan adaptasi dengan lingkungan yang
kompleks. Maksudnya, ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan keanekaragaman
pandangan, ekonomi, budaya dan berbagai keberagaman lainnya yang semakin lama
semakin bermacam-macam.
Para remaja
yang mengalami hal ini akan lebih tergesa-gesa dalam memecahkan segala
masalahnya tanpa berpikir terlebih dahulu apakah akibat yang akan
ditimbulkan. Selain itu, ketidakstabilan emosi para remaja juga memiliki
andil dalam terjadinya perkelahian.
Mereka biasanya mudah frustasi, tidak
mudah mengendalikan diri, tidak peka terhadap orang-orang disekitarnya. Seorang remaja biasanya
membutuhkan pengakuan kehadiran dirinya ditengah-tengah orang-orang
sekelilingnya.
·
Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang
datang dari luar individu, yaitu :
1) Faktor
Keluarga
Keluarga adalah tempat dimana pendidikan
pertama dari orang tua
diterapkan. Jika seorang anak terbiasa melihat kekerasan yang dilakukan didalam
keluarganya maka setelah ia tumbuh menjadi remaja maka ia akan terbiasa
melakukan kekerasan karena inilah kebiasaan yang datang dari keluarganya.
Selain itu ketidak harmonisan keluarga juga bisa menjadi penyebab kekerasan
yang dilakukan oleh pelajar.
Suasana keluarga yang menimbulkan rasa
tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik
dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap usia terutama pada masa remaja.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan
bahwa salah satu penyebab kenakalan remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang
tua sebagai figure teladan yang baik bagi anak (hawari, 1997). Jadi disinilah
peran orang tua
sebagai penunjuk jalan anaknya untuk selalu berprilaku baik.
2) Faktor
Sekolah
Sekolah tidak hanya untuk menjadikan
para siswa pandai secara akademik namun juga pandai secara akhlaknya . Sekolah
merupakan wadah untuk para siswa mengembangkan diri menjadi lebih baik. Namun
sekolah juga bisa menjadi wadah untuk siswa menjadi tidak baik, hal ini
dikarenakan hilangnya kualitas pengajaran yang bermutu. Contohnya disekolah
tidak jarang ditemukan ada seorang guru yang tidak memiliki cukup kesabaran
dalam mendidik anak muruidnya akhirnya guru tersebut menunjukkan kemarahannya
melalui kekerasan. Hal ini bisa saja ditiru oleh para siswanya. Lalu disinilah
peran guru dituntut untuk menjadi seorang pendidik yang memiliki kepribadian
yang baik.
3) Faktor
Lingkungan
Lingkungan rumah dan lingkungan sekolah
dapat mempengaruhi perilaku remaja. Seorang remaja yang tinggal dilingkungan
rumah yang tidak baik akan menjadikan remaja tersebut ikut menjadi tidak baik.
Kekerasan yang sering remaja lihat akan membentuk pola kekerasan dipikiran para
remaja. Hal ini membuat remaja bereaksi anarkis. Tidak adanya kegiatan yang
dilakukan untuk mengisi waktu senggang oleh para pelajar disekitar rumahnya
juga bisa mengakibatkan tawuran.
4) Faktor
Pacar
Masalah pacar seperti berebut pacar,
saing-saingan pacar, ada yang menggoda pacar satu sekolah, menimbulkan tawuran
yang kemudian bereskalasi menjadi tawuran antar sekolah yang melibatkan massa
yang besar karena solidaritas atas sesama.
5) Faktor
Geng
Hampir setiap sekolah terutama sekolah
negeri memiliki geng yang didirikan oleh kakak-kakak kelas, yang kemudian
diwariskan kepada adik-adiknya di sekolah. Proses pewarisan geng ini kepada
adik kelas sekaligus menanamkan budaya geng yang harus ditaati dan dilaksanakan
telah menjadikan sekolah sebagai pusat tawuran dan bullying. Mereka yang sudah
telanjur menjadi anggota geng, tidak berani mengundurkan diri, karena takut
mendapat perlakukan kasar dan membahayakan jiwa mereka. Pengaruh alumni dari
geng suatu sekolah sangat kuat, sehingga kekerasan seolah menjadi budaya yang
sulit dihapus.
6) Faktor
Ekonomi
Masalah ekonomi juga acapkali menjadi
faktor yang menyebabkan terjadinya tawuran. Kesenjangan ekonomi antar pelajar,
dan persaingan antar sesama, menyebabkan sering terjadi tawuran di kalangan
pelajar dan masyarakat
.
C. Dampak Tawuran Pelajar
a.
Kerugian fisik, pelajar yang ikut
tawuran kemungkinan akan menjadi korban. Baik itu cedera ringan, cedera berat,
bahkan sampai kematian
b.
Masyarakat sekitar juga dirugikan.
Contohnya : rusaknya rumah warga apabila pelajar yang tawuran itu melempari
batu.
c.
Terganggunya proses belajar mengajar
d.
Menurunnya moralitas para pelajar
e.
Hilangnya perasaan peka, toleransi,
tenggang rasa, dan saling menghargai
D. Cara Mengatasi Tawuran Pelajar
1.
Mendalami ajaran agama.
Kurangnya pendidikan agama yang
diberikan kepada anak-anak saat sekarang menjadikan mereka kering spiritual,
akibatnya mereka kurang memiliki keimanan yang kuat sehingga mudah terjerumus
dalam perbuatan yang dilarang agama salah satunya adalah perkelahian. Oleh sebab itulah cara pertama yang harus dilakukan
untuk mencegah dan mengatasi tawuran
adalah dengan kembali mendalami ajaran agama masing-masing.
2.
Memaksimalkan pendidikan dalam
keluarga.
Keluarga harus menjadikan tempat
yang nyaman bagi remaja untuk mencurahkan berbagai permasalahannya peran orang tua dalam membimbing dan mengarahkan putra-putrinya agar
memiliki karakter, akhlak serta moral yang baik sangatlah penting. Untuk
mewujudkan hal tersebut, maka diperlukan komunikasi yang baik antara orang tua dan remaja tersebut.
3.
Memberikan sanksi yang mendidik bagi
pelaku tawuran.
Seringkali bagi para pelaku tawuran
yang melibatkan pelajar sering mendapatkan sanksi berupa pemecatan dari
sekolah. Hal tersebut terkadang bukanlah solusi tepat.
Alangkah baiknya jika pelaku tawuran dibina dan diberi
bimbingan supaya tidak mengulangi perbuatannya.
4. Kolaborasi
Belajar Bersama Antar Sekolah
Selama ini belajar
di sekolah hanya di situ-situ saja sehingga tidak saling kenal mengenal antar
pelajar sekolah yang satu dengan yang lainnya. Seharusnya ada kegiatan belajar
gabungan antar sekolah yang berdekatan secara lokasi dan memiliki kecenderungan
untuk terjadi tawuran pelajar. Dengan saling kenal mengenal karena sering
bertemu dan berinteraksi maka jika terjadi masalah tidak akan lari ke tawuran
pelajar, namun diselesaikan dengan cara baik-baik.
5. Memberikan
Pendidikan Anti Tawuran
Pelajar
diberikan pemahaman tentang tata cara menghancurkan akar akan penyebab tawuran
dengan melakukan tindakan-tindakan tanpa kekerasan jika terjadi suatu hal,
selalu berperilaku sopan dan melaporkan rencana pelajar-pelajar badung yang merencanakan
penyerangan terhadap pelajar sekolah lain. Jika diserang diajarkan untuk
mengalah dan tidak melakukan serangan balasan, kecuali terpaksa.
6. Menghadirkan
seorang figur yang baik untuk dicontoh oleh para pelajar. Seperti hadirnya
seorang guru, orangtua, dan teman sebaya yang dapat mengarahkan para pelajar
untuk selalu bersikap baik.
7.
Memfasilitasi para
pelajar untuk baik dilingkungan rumah atau dilingkungan sekolah untuk melakukan
kegiatan-kegiatan yang bermanfaat diwaktu luangnya. Contohnya: membentuk
ikatan remaja masjid atau karangtaruna dan membuat acara-acara yang bermanfaat,
mewajibkan setiap siswa mengikuti organisasi atau ekstrakulikuler disekolahnya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Faktor yang menyebabkan tawuran
remaja tidaklah hanya datang dari individu siswa itu sendiri. Melainkan juga
terjadi karena faktor-faktor lain yang datang dari luar individu, diantaranya
faktor keluarga, faktor sekolah, faktor lingkungan, faktor pacar, faktor geng, dan
faktor ekonomi. Para pelajar yang umumnya masih berusia remaja
memiliki kencenderungan untuk melakukan hal-hal diluar dugaan yang mana
kemungkinan dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain, maka inilah peran
orangtua dituntut untuk dapat mengarahkan dan mengingatkan anaknya jika sang
anak tiba-tiba melakukan kesalahan. Keteladanan seorang guru juga tidak dapat
dilepaskan. Guru sebagai pendidik bisa dijadikan instruktur dalam pendidikan
kepribadian para siswa agar menjadi insan yang lebih baik.
Begitupun dalam mencari teman sepermainan.
Sang anak haruslah diberikan pengarahan dari orang dewasa agar mampu memilih
teman yang baik. Masyarakat sekitar pun harus bisa membantu para remaja dalam
mengembangkan potensinya dengan cara mengakui keberadaanya.
B.
Saran
a) Keluarga
sebagai elemen dasar sebuah bangunan pendidikan agar lebih aktif dalam
memperhatikan anak-anaknya, pentingnya menciptakan demokratisasi dalam
keluarga.
b) Masyarakat
mesti menyadari akan perannya dalam menciptakan situasi yang kondusif
c) Lembaga
pendidikan formal sudah semestinya memberikan pelayanan yang baik untuk
membantu para pelajar mengasah kemampuan dan mengembangkan segala potensi yang
ada didalam dirinya
d) Sekolah
sebagai suatu lembaga pendidik seharusnya memperhatikan potensi-potensi dasar
peserta didik untuk lebih meningkatkan daya kreativitas mereka.
e) Adanya
system penanganan yang lebih tepat apabila diketemukan tawuran pelajar.
Daftar
Pustaka:

